Berbagai persolan yang sering kita hadapi dalam kehidupan ini, mulai persoalan pribadi sampai pada persoalan yang menyangkut negara ini. Dari persoalan – pesoalan yang ada tadi, sering muncul berbagai pertanyaan dalam nurani kita mengenai asbab dan musabab sehingga permasalan tersebut ada. Para aparat penegak hukum memutuskan perkara tidak lagi mengguakan hati nurani, tapi inilah kehidupan hidup yang penuh dengan tanda tanya, bingung, bimbang dan ragu semua menyelimuti relung jiwaku yang terdalam. Kemana aku akan bertanya saat tidak ada seorangpun didekatku? Maka tidak lain aku bertanya kecuali pada diriku sendiri, tapi pakah diriku mampu menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan? Aku mengasingkan diriku dalam sudut pikiranku yang paling sudut dan bertanya tentang orang – orang korup negeri ini?
Kebimbanganku memberikan jawan atas semua ini:
Mata :
Siang dan malam aku dulangi waktu untuk menyaksikan apa yang selayaknya aku sakiskan dan ternyata hidup ini indah. Walaupun aku tak mampu merasakan tapi dengan keyakinanku membuat aku terkesimak dengan indahnya panorama disekelilingku. Korupsi, pejarahan, penindasan terjadi dimana-mana, tapi tidak ada seorang pun yang mampu bebicara, dan mereka bebas berkeliaran tanpa ada beban apapun di pundaknya. Aku tidak mampu berkata, aku hanyalah saksi bisu.
Telinga :
Desiran angin yang berhembus mengantarkan suara – suara aneh padaku. Berbagai percakapan aku dengarkan dalam bahasa – bahasa yang santun dan sesuai norma – norma yang berlaku layaknya lingkunan kerajaan. Aku mencoba meraba mungkin ini percakapan antara raja dan para punggawanya. Ternyata meraka berbicara tentanng hiruk pikuk yang terjadi dalam negeri ini. Semua aku tak mengenalnya karena kau tidak mampu melihat.
Hidung :
Wangi, apek, berbagai macam bau yang dapat terhirup olehku. Itulah yang dapat aku tanggkap dari sekelilingku. Bau parfum dengan harga yang mahal terpancar dari mereka – mereka di sekitarku. Aku hanya bisa menduga mereka adalah orang – orang yang tinggal di pemukiman real estate.
Lidah :
Aku minta maaf pada kalian semua, mereka pintar bersilat lidah, sedangkan aku tidak mampu bersilat. Bukannya aku takut, tapi mereka terlalu kuat dan ketika aku tidak mampu membuktikan apa yang mereka lakukan, maka aku akan dituduh telah memfitnah sehingga akan menjobloskanku dalam penjara mereka dengan tuduhan pencemaran nama baik. Biarlah aku dikatakan sebagai pecundang, yang penting aku bukanlah penjilat.
Bibir :
Aku tidak mampu berkata, ketika semua tidak mau megatakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak mau disebut sebagai pahlwan kesiangan. Biarlah lipstick tetap terukir untuk memberi keyakinan atas orasi dan janji manis yan kulontarkan pada khalayak.
Kaki:
Aku bisa mengantarmu ke pengadilan terakhir, tapi aku tidak mempunyai kendaraan yang bagus, bahan bakar yang cukup untuk digunakan. Bukannya kenapa, ini karenakan jalan yang kita akan lalui sangat jauh dan terlalu berliku – liku serta banyak jurang – jurang terjal. Aku hanya kuatir jangan sampai kita tersandung oleh kerikil – kerikil tajam dan tergelincir masuk ke dalam jurang yang terjal.
Hati:
Sejenak terdiam, lalu berguman “gitu aja kok repot”. Bukankah sudah ada orang – orang yang di percayakan untuk mengatasi masalah ini? Sekarang kita pikirkan adalah apa yang nanti kita harus lakukan, agar negara kita menjadi lebih baik, bukankah itu yang kita harapkan. Tanamkan idealism yang terbaik untuk membangun sesuai falsafah negara ini. Lakukan saja apa yang kamu bisa laukan sesuai prosi dan tanggung jawabmu. Tidak perlu kamu mencampuri yang bukan tugasmu, mereka yang sudah diberikan mandat insya Allah akan menjalakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara ini. Dan mereka – mereka yang lalai dalam melaksanakan tugasnya akan dierikan hukuman yang setimpal. Jadi engkau tidak perlu bimbang dan ragu.
Aku tersentak dan sadar dalam kahayalku, pada siapa lagi aku bertanya ketika aku sudah tidak mampu lagi untuk bertanya. Aku jadi bingung, karena idelismeku tidak mampu lagi menggelitik hati kecilku, bimbang bercampur haru dengan keadaan bangsa ini yang telah di porak – poranda oleh kaum korup dan penguasa. Bukan aku meratap, tapi itulah ilmu dan pengetahuanku yang terbatas oleh ruang dan waktu.
Semoga negeri ini terbebas dari kaum korup dan para penguasa yang lalim. Amin….
Sadar akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki itulah sejatinya diriku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar